Maksud hati ingin sambut bulan Ramadhan dengan bersih dan suci, nyatanya malah tersesat dan berdosa.
Beberapa kebiasaan yang banyak dilakukan menjelang datangnya bulan suci dengan berbalut alasan budaya atau tradisi, tapi malah menodai kesuciannya itu sendiri.
Sebenarnya ada banyak tradisi yang bernilai positif digelar berbagai masyarakat untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Banyak tradisi yang bertahan di masyarakat yang selama ratusan tahun diwariskan nenek moyang tetap dilakukan hingga kini.
Diantaranya adanya kebiasaan ziarah kubur ke makam para leluhur dan keluarga yang telah mendahului, atau juga ada tradisi berkumpul dan makan bersama di mesjid-mesjid yang dapat mempererat silaturahmi dan menambah keakraban antar warga.
Itulah tradisi positif yang perlu dipertahankan dalam menyambut bulan penuh berkah ini.
Namun ada juga tradisi yang kini tetap bertahan, namun sebenarnya jauh dari nilai positif dan tidak ada dasar syariatnya dalam agama Islam.
Diantaranya adalah adanya kebiasaan beberapa masyarakat untuk mendatangi tempat-tempat pemandian berupa kolam, sungai, air terjun ataupun telaga dengan niat membersihkan dan mensucikan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Acara mandi-mandi bersama ditempat terbuka, yang seringkali malah bercampur baur antara pria dan wanita yang bukan muhrim, jelas bukanlah sesuatu yang diperbolehkan dalam agama.
Selain tidak ada anjuran dalam agama, kegiatan mandi-mandi bersama seperti ini malah membuka peluang perbuatan yang menjurus dan terjerumus pada maksiat dan dosa.
Tradisi mandi bersama untuk “menghanyutkan dosa” ini awalnya diperkirakan karena masih dipengaruhi oleh kepercayaan kuno sebelum datangnya agama Islam ke tanah air, namun tetap diwariskan hingga kini.
Namun bagi kita yang telah memiliki cukup ilmu pengetahuan agama dan para ulama untuk bertanya seperti zaman kini, masihkah kebiasaan yang tidak ada anjurannya dalam agama ini tetap kita lakukan ?
Kita tentu tak mau niat untuk memasuki bulan Ramadhan dengan jiwa bersih dan suci ini malah berubah jadinya dilumuri oleh maksiat dan dosa.
baca sumber
Beberapa kebiasaan yang banyak dilakukan menjelang datangnya bulan suci dengan berbalut alasan budaya atau tradisi, tapi malah menodai kesuciannya itu sendiri.
Sebenarnya ada banyak tradisi yang bernilai positif digelar berbagai masyarakat untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Banyak tradisi yang bertahan di masyarakat yang selama ratusan tahun diwariskan nenek moyang tetap dilakukan hingga kini.
Diantaranya adanya kebiasaan ziarah kubur ke makam para leluhur dan keluarga yang telah mendahului, atau juga ada tradisi berkumpul dan makan bersama di mesjid-mesjid yang dapat mempererat silaturahmi dan menambah keakraban antar warga.
Itulah tradisi positif yang perlu dipertahankan dalam menyambut bulan penuh berkah ini.
Namun ada juga tradisi yang kini tetap bertahan, namun sebenarnya jauh dari nilai positif dan tidak ada dasar syariatnya dalam agama Islam.
Diantaranya adalah adanya kebiasaan beberapa masyarakat untuk mendatangi tempat-tempat pemandian berupa kolam, sungai, air terjun ataupun telaga dengan niat membersihkan dan mensucikan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Acara mandi-mandi bersama ditempat terbuka, yang seringkali malah bercampur baur antara pria dan wanita yang bukan muhrim, jelas bukanlah sesuatu yang diperbolehkan dalam agama.
Selain tidak ada anjuran dalam agama, kegiatan mandi-mandi bersama seperti ini malah membuka peluang perbuatan yang menjurus dan terjerumus pada maksiat dan dosa.
Tradisi mandi bersama untuk “menghanyutkan dosa” ini awalnya diperkirakan karena masih dipengaruhi oleh kepercayaan kuno sebelum datangnya agama Islam ke tanah air, namun tetap diwariskan hingga kini.
Namun bagi kita yang telah memiliki cukup ilmu pengetahuan agama dan para ulama untuk bertanya seperti zaman kini, masihkah kebiasaan yang tidak ada anjurannya dalam agama ini tetap kita lakukan ?
Kita tentu tak mau niat untuk memasuki bulan Ramadhan dengan jiwa bersih dan suci ini malah berubah jadinya dilumuri oleh maksiat dan dosa.
baca sumber




